Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Sabtu, 09 Maret 2013

Download Naruto Shippuden Episode 303 sub. indonesia

0
Oke,kali ini saya akan membagikan link download anime Naruto Shippuden eps. 303 "Hantu dari Masa Lalu" subtitle Indonesia..

Sinopsis : nah,episode kali ini filler nih. Hm,ceritanya Kidomaru,Jirobo,Tayuya,dan Sakon Ukon di Edo Tensei lalu kembali melawan Shikamaru dkk.. Penasaran? download aja..


Berikut ini Link Downloadnya:
thanks to: Naruchigo.com

TERIMA KASIH^^
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR

Read More

Naruto Chapter 623

0

Versi Teks Naruto Chapter 623

Sebelumnya : Naruto Chapter 622

Meski usianya masih begitu belia, Hashirama kecil sudah bisa berpikir mengenai merubah dunia tempatnya berada, dunia Shinobi yang menurutnya keliru. Selain Hashirama, ternyata ada lagi bocah lain yang berpikir tentang merubah dunia. Bocah itu tak lain adalah Madara. Tapi daripada terkejut atau semacamnya, Hashirama malah berpikir kalau Madara adalah teman yang hebat.

"Yah, aku bisa mengerti dirimu bahkan tanpa melihat bagian dalam dirimu." ucap Madara. "Maksudmu?" Hashirama tak mengerti, dan kemudian Madara berkata, "Lihat saja pakaian dan gaya rambutmu, kau payah."



Yah, mereka memang tidak memiliki pikiran yang sama dalam segala hal. Setelah kejadian itu, mereka terus mengadakan pertemuan-pertemuan, dan tetap tanpa mengungkap nama lengkap mereka.

Pada pertemuan itu, mereka saling bertarung, saling menunjukkan teknik shinobi mereka masing-masing, berlatih untuk menjadi lebih kuat sekaligus bersaing. Madara kecil memukul Hashirama, begitu juga sebaliknya. Mereka saling pukul dan terjatuh.


"Taijutsu dan kumitemu bagus juga. Kau bahkan bisa seri melawanku." ucap Madara. Tapi, Hashirama tak setuju, "Seri apanya? Aku masih berdiri." ucap anak itu. Dan memang benar, Hashirama masih berdiri setelah menerima pukulan tadi. Tapi kemudian, batu kecil mengenai kepalanya dan ia terjatuh. "Apa katamu barusan?" sindir Madara kecil.



Lelah bertarung, merekapun beristirahat, duduk sambil membicarakan masa depan. "Masalahnya, bagaimana bisa kita mengubah sesuatu? Aku bahkan tak bisa membayangkan pemandangan masa depan yang bagus itu." ucap Hashirama. "Pertama-tama. kau harus berpegang teguh pada idialismemu dan menjadi lebih kuat." ucap Madara, "Kalau kau lemah, tak akan ada yang mau mendengarmu." lanjutnya.


"Benar juga. Kalau kita bisa menguasai banyak jutsu dan menjadi lebih kuat, orang dewasa pasti tak akan menghiraukan kita lagi." ucap Hashirama. "Kau harus melampaui kelemahan dan jutsu yang tak kau kuasai." ucap Madara, "Yah, aku sendiri sudah lebih kuat dari pada rata-rata orang dewasamu tentang itu." lanjutnya.

Madara kemudian turun ke sungai, dan buang air kecil. Mula-mula, air yang keluar cukup lancar. Namun mendadak, ia gemetar dan airnya tak mau mengalir. "Jadi benar ya kau tak bisa ..."

"Sudah kubilang kan jangan berdiri di belakangku!!!!" bentak Madara.


"Aha, aku menemukan kelemahanmu." ucap Hashirama. "Akan kulempar kau ke tempat aku pipis!!" bentak Madara. Semakin sering mereka bertemu, mereka menjadi semakin dekat dan akrab.

Suatu ketika, Hashirama kecil datang dengan suatu berita, "Madara, aku punya jutsu baru yang luar biasa!! Ayo kita kuasai bersama-sama!!" ucap Hashirama. "Heh? Jutsu macam apa?" tanya Madara. Kemudian Hashirama menjelaskan, "Sebuah Taijutsu rahasia, teknik elemen api super genjutsu pemotong kunai besar tetes ganda."


"Uhm ... aku tidak mengerti." ucap Madara.
"Hmm, gimana ya cara menjelaskannya, oh ya, itu ..."

"Cukup!!" bentak Madara, "Hari ini kita akan bersaing lomba balap panjat tebing." ucapnya. Hashirama mendadak depresi. "Hei hei, jangan selalu depresi seperti itu, itu kelemahanmu." ucap Madara. Namun tiba-tiba, Hashirama bangun dan berlari naik bukit. "Ahaha, aku pertama!!" teriak Hashirama.

"Hei, curang!! Kau menipuku!!" teriak Madara dan kemudian mengejarnya. Pada akhirnya, Hashirama sampai di puncak terlebih dahulu. "Aku menang!!" ucapnya. "Tentu saja, kau mulai lebih dulu." ucap Madara.

Di atas bukit itu, mereka duduk, sambil melihat pemandangan hutan.


"Kau bisa melihat pemandangan seluruh hutan dari sini." ucap Hashirama. "Yah, kau bisa melihat kejauhan dari sini. Tapi, aku yakin kalau masalah melihat, kau pasti tak akan bisa mengalahkanku. Mau bersaing?" tantang Madara. "Eh? Kenapa tiba-tiba? Kelihatannya kau begitu bangga pada matamu?"

"Tentu saja! Aku memiliki sha ..." Mendadak Madara diam. "Ada apa?" tanya Hashirama. "Tidak. Pada akhirnya, aku tidak sehebat itu." ucap Madara. "Eh? Aneh sekali kau berbicara seperti itu." ucap Hashirama. Kemudian Madara kembali berkata, "Kalau saja aku hebat, pastinya saudaraku tidak akan mati. Aku bahkan tak mampu melindungi mereka ..."


Hashirama teringat akan Itama, dan kemudian mengerti bagaimana perasaan Madara. Hashirama lalu bertanya, "Apa kau masih punya saudara tersisa?" Madara menjawab, "Ya, aku masih memiliki seorang adik. Dan aku akan melindunginya apapun yang terjadi."

"Ya!!" Hashirama mendapat suatu ide, "Ayo kita buat perkampungan kita di sini! Ayo kita buat tempat dimana anak-anak tak akan perlu saling membunuh!! Lalu kita membangun sekolah dimana mereka akan diajari untuk menjadi lebih kuat!! Kemudian misi akan diberikan berdasarkan kemampuan. Para senior melakukan misi berbahaya, sementara anak-anak tak akan dikirim ke misi yang membahayakan nyawa mereka!!"


"Haha, kau satu-satunya yang punya ide bodoh seperti itu." ucap Madara. "Lalu, apa idemu?" tanya Hashirama. "Yah, itu, setelah kita membangun perkampungan itu, aku akan mengawasi adikku dari sini." jawab Madara. Kemudian, mereka saling tersenyum.





Setelahnya tempat itu menjadi desa Konoha. Waktu itu, Hashirama membuat keputusannya. Ia memilih untuk menentang segala peraturan yang menurutnya salah pada saat itu, untuk membuat idealismenya menjadi kenyataan.

Madara dan Hashirama berada di dua sisi sungai yang saling berlawanan, dan melempar batu pada masing-masing sebelum berpiah. "Kita berdua sama-sama bisa ampai di sisi lain." ucap Hashirama. "Batu itu batu yang bagus untuk dilempar, kau bisa terus memilikinya sampai pertemuan kita selanjutnya." ucap Madara, dan kemudian mereka benar-benar berpisah, kembali ke perkampungan klan masing-masing.


Baru saja Hashirama sampai, adiknya, Tobirama sudah langsung memanggilnya. "Kakak, aku ingin bicara denganmu." Tobirama mengajak kakaknya untuk bertemu dengan ayah mereka dan bicara.

"Belakangan ini, kau sering menemui seorang bocah, kan." ayah Hashirama tahu. "Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Hashirama. "Ayah menyuruhku untuk membuntutimu. Kemampuan melacakku lebih baik darimu. Belakangan ini, kau sering keluar, itu mencurigakan." ucap Tobirama.


"Aku sudah mencari informasi mengenai anak itu. Ia berasal dari klan Uchiha." ucap ayah Hashirama. "Dia bahkan membunuh beberapa shinobi berpengalaman dari klan kita. Kelihatannya dia adalah shinobi yang memang berbakat sejak lahir."

Hashirama terdiam. Dalam hati ia berpikir, "Jadi benar ya."

"Melihatmu tidak terkejut, aku rasa kalian sudah saling mengetahui klan masing-masing?" "Tidak, aku baru tahu. Dan sepertinya ia belum tahu tentangku." ucap Hashirama. Kmudian ayahnya kembali berbicara, "Kau tahu apa artinya itu, kan? Aku masih belum membicarakan ini dengan anggota lain klan kita. Kalau kau tak mau dianggap sebagai mata-mata, lain kali kalau kau bertemu dengan anak itu lagi, buntuti dia. Kemudian, bawa informasi mengenai klan Uchiha. Ini adalah misi. Kalau dia sampai menyadarinya, bunuh dia."

Hashirama tertegun. Kemudian bertanya dengan sedikit terbata-bata, "A-apa benar dia dari klan Uchiha?"


"Ya." jawab ayahnya. "Kalau dia sampai menyadari kalau kau dari klan Senju, mungkin dia hanya berpura-pura untuk tidak mencuri informasi kita darimu. Jangan percaya padanya."

"Tidak, dia tak pernah ..."

"Kau tak bisa mengetahui bagaimana perasaan asli seseorang." ucap ayahnya. "Kalau benar kau hanya ditipunya, berarti kau telah menempatkan klan Senju pada bahaya yang besar. Tobirama dan aku aku bersama denganmu untuk meyakinkan. Mengerti?"

Setelah percakapan itu, Hashirama mulai kepikiran. Siang malam ia terus memikirkan hal tersebut, sambil melihat batu pemberian Madara.


Akhirnya, mereka berdua kembali bertemu. Madara dan Hashirama telah sama-sama berada di sisi sungai yang berlawan. "Pertama-tama, ayo melempar batu sebagai ucapan salam." ucap Madara. "Ya." Hashirama mengambil batu dari bajunya, begitu juga dengan Madara. Mereka lalu saling melempar. Namun ketika menerimanya, mendadak raut wajah mereka berubah.


Mendadak, Madara ingin pulang. "Maaf ya, Hashirama, aku baru ingat kalau aku harus melakukan sesuatu." Hashirama mengerti, kemudian berkata, "Begitu ya, kalau begitu aku juga akan pulang."

Mereka membalikkan badan, dan tiba-tiba berlari sekuat tenaga. Ternyata, di batu yang mereka lempar tadi, sama-sama terdapat pesan yang berbunyi, "Larilah, ini jebakkan."

Dari balik pohon, ayah Hashirama dan Tobirama yang mengawasi menjadi kaget. "Kecepatan itu, apa ia berencana untuk kabur!? Hashirama pasti memberitahunya. Ayo kita maju, Tobirama!!" perintah yang ayah. "Ya!" jawab Tobirama. Mereka keluar dari persembunyian dan mulai bergerak.


Akan tetapi, yang punya rencana seperti itu memang bukan hanya dari pihak Senju, melainkan juga dari pihak Uchiha. Dari sisi Hashirama, ayahnya dan Tobirama muncul. Sementara dari sisi Madara, Uchiha dewasa (kemungkinan ayahnya), dan Izuna muncul. Mereka saling berhadapan.

"Jadi kita memiliki rencana yang sama ya, Butsuma Senju." ucap Uchiha dewasa itu. "Dan Tobirama." ucap Izuna.


"Kelihatannya memang begitu, Tajima Uchiha." ucap ayah Hashirama. "Dan Izuna." ucap Tobirama.

Senju dan Uchiha, pertarungan yang tak bisa dihindari akan dimulai. Berbeda dengan Hashirama dan Madara, orang dewasa dan adik mereka itu tak akrab sama sekali.

Sumber : http://www.beelzeta.com/2013/03/naruto-623-2.html#ixzz2N329s6ra




Read More

Minggu, 03 Maret 2013

Naruto Chapter 622

0
NARUTO Chapter 622

Judul : Menuju Sisi Lain
Sumber : [beelzeta]

Madara kecil terlihat kesal karena Hashirma tak kunjung memberitahu namanya. "Kutanya, kamu siapa!?" bentak anak itu. Hashirma pun menjawab, "Namaku Hashirama. Tapi, aku tak bisa menyebutkan nama lengkapku."

Sejenak Madara sempat terdiam, bingung, tapi kemudian ia tak terlalu mempedulikannya. Bocah itu kemudian kembali mengambil batu, dan memasang aba-aba untuk melemparnya ke sungai. "Hashirama, kan, lihat, kali ini aku pasti berhasil!"

Madara kecilpun melemparnya. Melihat gerakkan anak itu, Hashirama kecil berpikir, "Caranya melempar itu batu, dia pasti pintar dalam melempar shuriken."

Namun tetap saja, pada akhirnya lemparan Madara gagal menpai sisi lain dari sungai itu.

"Sial!!" teriak Madara kecil. Ia berbalik ke arah Hashirama dan kemudian membentaknya, "Kau berdiri di belakangku sengaja untuk mengacaukan konsentrasiku, kan!? Aku sangat sensitif, aku bahkan tak bisa kencing jika ada yang berdiri di belakangku."

"Maaf ..." ucap Hashirama, ia berjongkok dan tampak benar-benar menyesal. "Eeh? Kau tak perlu sedepresi itu. Ma-maaf ya, tadi itu aku hanya membuat alasan." ucap Madara.

"Aku ... tidak tahu ... aku tak tahu kalau kau punya gejala aneh seperti itu." ucap Hashirama. "Kau itu orang baik atau buruk,sih!!?" bentak Madara. "Hahaha!" Hashirama bangun dan ekspresinya mendadak berubah ceria, "Tapi kau tahu kan kalau aku lebih hebat darimu dalam melempar batu?"

"Lain kali kau yang akan kulempar!!!" bentak Madara. "Maaf." lagi-lagi Hashirama memasang wajah depresi. "Aku tak bermaksud untuk membuatmu marah. Kalau kau memang mau melemparku, aku sudah siap, lakukan saja."

"Hei hei, apa kau sadar kalau kau itu mengganggu, hah?"

"Tapi ..." ucap Hashirama kecil, "Aku harap kau bisa melemparku sampai sisi lain sungai." lanjutnya dengan nada mengejek. "Dasar mengganggu, pergi sana!!!!" usir Madara. "Baiklah kalau begitu." ucap Hashirama. "Ti-tidak, tunggu!!!" Madara kecil hanya bercanda. "Kau menyuruhku pergi atau tetap di sini, sih? Bisa kau mengatakannya dengan lebih jelas?"

"Eh?" Mereka berdua tiba-tiba dikagetkan dengan sesosok mayat yang mengapung di sungai. Mayat seorang shinobi.

"Apa itu?" Tanya Madara, sementara Hashirama kecil langsung ke sungai dan menghampirinya. Hashirama kecil mampu berjalan di atas air. Kemudian Madara sadar, "Apa kamu ... seorang shinobi?"

"Sepertinya perang akan sampai kemari. Pulanglah." ucap Hashirama. Ia melihat ke arah mayat itu, dan kemudian ke arah lambang ninjanya. "Ini ... lambang dari klan Hagoromo." pikir Hashirama. Saat itu, masih belum ada desa. Hanya kumpulan dari klan-klan.

"Aku harus pergi. Sampai jumpa ..." Hashirama meloncat dan pergi ke sisi lain sungai. Tapi sebelum itu, dari tempatnya Madara kecil memperkenalkan diri. "Namaku Madara. Tidak memberitahukan nama lengkap pada orang asing, itu salah satu aturan shinobi, kan?"

"Seperti dugaanku, ternyata kau shinobi juga." ucap Hashirama. Mereka telah berada di sisi sungai yang berlainan. Mereka memiliki sifat yang berbeda. Tapi waktu itu, Hashirma dapat merasakan kalau entah kenapa mereka seolah dekat. Hashirama juga merasa kalau ia mampu mengerti kenapa Madara datang ke sungai itu. Hashirama pergi, dan kemudian sampai di suatu tempat pemakaman. Banyak shinobi dari klan Senju mati saat itu, dan merekapun dikuburkan. "Kawarama ..." ucap sedih Hashirama. Karena Kawarama, salah seorang temannya juga tewas.

"Hiks." salah seorang teman Hashirama menangis. Tampak tiga orang anak, Hashirama, adiknya, dan anak yang menangis itu. Mereka bersama dengan seorang shinobi dewasa, semacam pembimbing mereka.

"Shinobi tak seharusnya merengek seperti itu." ucap shinobi itu. "Mereka memang lahir untuk mati dalam pertempuran. Harusnya kalian bersyukur mayatnya masih bisa dikubur secara utuh. Kali ini, musuh kita bukan hanya klan Hagoromo, tapi juga klan Uchiha. Mereka benar-benar kejam!"

"Kawarama masih tujuh tahun!!" ucap Hashirama, sedikit membentak. "Berapa lama perang ini akan terus berlanjut!!?" bentaknya lagi. Tapi shinobi dewasa itu hanya menjawab, "Sampai semua musuh kita habis. Perjalanan menuju dunia yang tanpa perang tidaklah mudah."

"Dan demi itu kau juga mengorbankan anak-anak?"

"!!!" lelaki itu tersinggung mendengar perkataan Hashirama, dan kemudian memukulnya.

"Aku tak akan membiarkanmu menghina Kawarama!! Dia adalah seorang shinobi hebat yang mati dalam pertarungan, dia bukan anak-anak!!!" bentak lelaki itu.

"Apa kau baik-baik saja, kak Hashirama?" tanya anak tadi. Kakak? Apa jangan-jangan tiga anak tadi bersaudara semua? Apa saudara Hashirama bukan hanya Tobirama? "Kau tahu kan, apa yang akan terjadi kalau berani melawan ayah." ucap Tobirama.

"Itama ... Tobirama ... Aku tak mau kalian juga mati dalam rasa sakit." pikir Hashirama. Kemudian, ia kembali membentak ayahnya, "Bagaimana bisa kau mengatakan kalau Senju adalah klan yang penuh dengan cinta!? Shinobi hebat apanya!? Bagiku itu hanya kelompok orang dewasa yang membawa anak- anak menuju kematian mereka! kita juga melakukan hal yang sama dengan klan Uchiha!!"

"Itu adalah respek bagi musuhmu." ucap lelaki tadi, yang ternyata ayah Hashirma. "Meskipun seorang bayi, selama ia memiliki senjata, ia adalah musuh. Dan merubah anak-anak menjadi shinobi yang hebat, itu berarti kau mencintainya."

"Apa kita harus mati untuk menjadi shinobi yang hebat!!?" bentak Hashirama lagi, ia benar- benar masih belum puas. "Yang bisa dilakukan hanya membunuh atau dibunuh, bahkan tanpa tahu bagaimana mulainya. Kau bahkan tak boleh mengatakan nama lengkapmu karena itu berbahaya, Dunia Shinobi ini benar-benar keliru!!!"

"!!!!" Ayahnya kembali marah, "Orang-orang sepertimulah yang disebut anak-anak!!!" ia kembali bersiap untuk memukul anaknya. Namun, Tobirama menghalanginya. "Ayah, hari ini kakak hanya sedang depresi. Tolong maafkan dia." ucapnya.

Akhirnya, ayah mereka membatalkan niatnya.

Setelahnya, mereka bertiga, tiga anak itu pergi ke suatu tempat dan berbincang-bincang. "Orang dewasa memang bodoh." ucap Tobirama. "Kalau mereka ingin berhenti bertarung, harusnya mereka membuat suatu kesepakatan dengan musuh."

"Tapi, bagaimana dengan keluarga kita yang sudah dibunuh? Bagaimana dengan perasaan rekan-rekanmu?" ucap Itama. "Pemikiran seperti itulah yang akan membuatmu mati juga." ucap Tobirama. "Kau dan orang-orang dewasa terlalu marah karena hal itu. Mulai dari sekarang, Shinobi harusnya merefresh perasaan mereka. Menciptakan peraturan, serta menghindari pertarungan yang tidak perlu."

"Hah, aku penasaran apakah hal seperti itu mungkin terjadi." ucap Hashirama. "Untuk membuat kesepakatan yang nyata, sebuah aliansi ..."

"Kesepakatan yang nyata?"

Pada masa perang, rata-rata harapan hidup seorang shinobi dan masyarakat biasa adalah sekitar tiga puluh tahun. Yang membuatnya rendah adalah, banyaknya anak kecil yang mati ...

"Itama!!!!" teriak khawatir orang-orang senju. Mereka terlambat. Saat tiba, anak kecil bernama Itama itu sudah tewas terbunuh oleh genjutsu klan Uchiha.

Hari-hari berlalu, Hashirama kecil duduk menyendiri di pinggir sungai. "Hei, sudah lama ya." ucap Madara yang tiba-tiba saja menghampirinya. Ia kemudian bertanya, "Hashirama, kenapa kali ini kau tampak begitu depresi? Apa sesuatu telah terjadi?"

"Aku ... aku, tak ada apa-apa." ucap Hashirma. Tapi, Madara tahu kalau ia berbohong. "Kau berbohong, ayolah, kau bisa menceritakannya padaku." ucapnya. "Bukan apa-apa ..." ucap Hashirama lagi.

"Tak apa, katakan saja." "Tidak, sungguh, bukan apa- apa." "Kau terlalu berlebihan, aku akan mendengarnya." "Tapi sungguh, tak ada apa-apa. Tak ada ... apa-apa, hiks ..." Hashirama menangis. "Pasti ada apa-apa kan!? Katakan!!" bentak Madara.

"Itu ... adikku mati." ucap Hashirama. Ternyata memang benar, anak tadi memang saudaranya. Tapi sayang, ia telah meninggal. Madara terdiam, sementara Hashirama melanjutkan ceritanya. "Alasan kenapa aku datang kemari adalah karena itu. Dengan melihat ke arah sungai, aku merasa seolah perasaan sedih ini terbawa oleh sungai. Namamu Madara, kan? Kupikir kau juga seperti itu."

Madara kecil masih terdiam.

"Apa kau ... punya saudara?" tanya Hashirma. Kemudian Madara mengambil sebuah batu, dan mulai bercerita. "Aku punya empat saudara laki-laki. Yah, aku 'memiliki' mereka."

"Hm?"

"Kita adalah shinobi. Kita mungkin mati kapan saja. Satu- satunya cara untuk tidak mati adalah dengan menujukkan apa yang sebenarnya kau pikirkan pada musuhmu, tanpa menyembunyikan apapun, dan berteman dengan mereka. Tapi, sepertinya itu mustahil. Karena ... tak mungkin untuk melihat apa yang sebenarnya orang pikirkan, dan bagaimana perasaan terdalam mereka."

Madara kecil melempar batu yang dipegangnya.

"Apakah memang mustahil ... Untuk saling menunjukkan pemikiran asli kita?"

"Aku tak tahu." ucap Madara, "Tapi aku selalu datang kemari dengan harapan, kalau itu bukanlah hal yang mustahil." lemparan Madara akhirnya sampai di sisi lain sungai. "Saat ini, kurasa ada satu. Setidaknya bukan hanya kau, tapi aku juga sudah bisa mencapai sisi yang lainnya."

Harapan Madara telah sampai di sisi yang lain. Dua anak dari klan yang bermusuhan, mereka berdua akan menjadi sosok penting dalam sejarah terciptanya dunia shinobi di masa
depan.




Read More